Plastik merupakan barang yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Alexander Parkes pertama kali memperkenalkan plastik di London, Inggris pada tahun 1862. Plastik dibuat dari bahan organik dari selulosa. Dewasa ini plastik terbentuk dari unsur-unsur seperti karbon, oksigen, hidrogen, klorin, belerang dan nitrogen. Sebagai bahan dasar, plastik terbuat dari minyak dan gas bumi.
Bijih plastik yang terbentuk dari bahan tersebut kemudian diproses menjadi berbagai produk seperti tali tambang, penyangga microphone, sendok, piring, cangkir, gayung, wadah makan, botol minum, kantong plastik, mika, gayung, ember, hingga onderdil sepeda, motor, mobil, kereta api hingga pesawat terbang.
Menurut laman Historia.id, di Indonesia plastik baru masuk sekitar tahun 1950an dengan berdirinya pabrik-pabrik plastik yang mengimpor bahan baku dari Amerika dan Belanda, distributor bahan bakunya perusahaan minyak Shell dan Btafschee Petroleum Maatscappji. Di Kota Kebumen sendiri terdapat pabrik manufaktur plastik, yang memproduksi kantong plastik, tali rafia, dan mika. perusahaan ini sudah berdiri sejak tahun 1967 dan maasih aktif berproduksi hingga sekarang.
Karena bahan dasarnya minyak dan gas bumi, maka plastik merupakan bahan anorganik yang cukup berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Satu sisi plastik sangat penting dan diperlukan bagi kehidupan manusia, di sisi lain plastik ternyata tidak ramah terhadap kesehatan dan lingkungan terutama setelah menjadi sampah.
Dikutip dari laman Indonesiabaik.id, barang-barang plastik dapat terurai di tanah 1000 tahun lamanya, sedangkan kantong plastik 10 hingga 1000 tahun. Botol plastik dapat terurai di alam sekitar 450 tahun. Dengan pengetahuan ini maka penting sekali menanamkan kepedulian terhadap sampah plastik.
Di lingkungan madrasah, aneka jajanan dan minuman yang disajikan umumnya menggunakan plastik, baik sebagai pembungkus maupun sebagai wadah seperti cup, mika hingga botol minum. Jika tidak dikelola dengan bijak, sampah ini akan mengotori lingkungan hingga ribuan tahun seperti informasi di atas.
Maka dari itu, diperlukan upaya pengelolaan sampah plastik yang baik agar plastik tetap bermanfaat namun dampak kerusakan lingkungan bisa ditekan sekecil mungkin. Budaya pengelolaan sampah perlu dilakukan oleh berbagai pihak termasuk dunia pendidikan.
Sadar dengan hal tersebut, Winarni, S.Pd. menekankan pentingnya kedisiplinan dan ketertiban warga madrasah untuk mengelola sampah plastik. Kepada peserta upacara, Senin (26/08/2024) dirinya menyampaikan dua hal praktis yang dapat dilakukan dalam mengelola sampah plastik.
Pertama, Jajan dari kantin bawalah ke dekat kelas masing-masing agar setelah makan atau minum sampah bisa dibuang di tempat sampah masing-masing kelas. Sampah dimasukkan dalam kantong kresek besar dan pastikan diikat rapat.
Kedua, sampah plastik harus dipisah terutama sampah botol. “Sampah botol harus dipisah dari sampah-sampah lainnya dan dimasukkan ke dalam kantong kresek khusus”, ujar Winarni. Dengan dua langkah praktis tersebut, Winarni berharap sampah plastik dari madrasah akan tersortir lebih maksimal saat diangkut oleh petugas kebersihan. Pada gilirannya, saat terkumpul di Tempat Pengelolaan Sampah Akhir (TPA), sampah-sampah plastik ini bisa dikelola secara khusus agar tidak terlalu merusak lingkungan. D